Pernahkan
terlintas pertanyaan dibenak anda?
1. Apakah ada tuntunan
dari Rasul shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam mengenai tertib
(susunan) dzikir setelah sholat fardhu ?
2. Berapa jauh
(jaraknya) orang bisa lewat di depan orang yang sedang sholat yang tidak
menggunakan pembatas (sutrah) ?
Dengan meminta pertolongan dari Allah, pertanyaan
anda dijawab sebagai berikut :
Jawaban
Pertanyaan Pertama :
Para
ulama sepakat akan disunnahkannya dzikir setelah sholat sebagaimana yang
dikatakan oleh Imam Nawawy dalam kitab Al-Adzkar 1/200 tahqiq Salim Al-Hilaly.
Akan tetapi tidak ada tuntunan secara pasti dari Nabi shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wa sallam mengenai urutan/tertib dzikir tersebut. Maka boleh
berijtihad dalam urutan dzikir tersebut.
Tapi
bagi orang yang memperhatikan konteks hadits-hadits tentang dzikir di belakang
sholat bisa menyimpulkan suatu kesimpulan yang baik tentang urutannya. Berikut
ini kami sebutkan hadits-hadits tersebut :
Hadits
Pertama : Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata :
مَا كُنَّا نَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ إِلاَّ بِالتَّكْبِيْرِ
“kami
tidak mengetahui selesainya sholat Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wa sallam, kecuali dengan (mendengar) takbir”.(HR. Bukhary-Muslim).
Hadits
ini menunjukkan disyari’atkannya mengucapkan takbir dengan suara yang keras dan
Ibnu ‘Abbas menjadikan ini sebagai tanda selesainya sholat Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam yang berarti takbir itu diucapkan
langsung setelah sholat.
Hadits
Kedua : Hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu beliau berkata :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا وَقَالَ : اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ
“Adalah
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam apabila selesai dari
sholatnya, beliau istighfar (meminta ampun) tiga kali dan beliau membaca :
“Allahumma Antas salam wa minkas Salam tabarakta ya dzal Jalali wal Ikram”
(Wahai Allah Engkau adalah As-Salam [1] dan dari-Mulah
keselamatan. Maha berkah Engkau wahai Pemilik Al-Jalal (keagungan) dan Al-Ikram
(kemuliaan). (HR. Muslim)
[1] Berkata Ibnu ‘Allan
dalam Al-Futuhut Ar-Rabbaniyah 3/33 : “yaitu Yang Maha Selamat dari perubahan
dan afat (penyakit/kerusakan) atau (Yang Maha) Pemberi keselamatan bagi siapa
yang Engkau kehendaki”.
Imam
Al-Auza‘iy rahimahullah – salah seorang rawi hadits tersebut di atas- ditanya :
“Bagaimana istighfar ?”, beliau menjawab : “Kamu memgucapkan Astaghfirullah,
Astaghfirullah“.
Dan
serupa dengannya hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha riwayat Muslim :
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلاَّ مِقْدَارَ مَا يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَلاَمُ تَبَارَكْتُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ
“Adalah
Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam apabila beliau salam, beliau
tidak duduk kecuali sekedar membaca : “Allahumma Antas salam wa minkas Salam
tabarakta ya dzal Jalali wal Ikram”.
Hadits
Ketiga : Hadits Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata :
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنَ الصَّلاَةِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كًلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Sesungguhnya
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam apabila beliau selesai
dari sholat dan telah salam beliau membaca : La ilaha illallah wahdahu la
syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli sya’in qodir. Allahumma
la mani’a lima a’thoita wala mu’thia lima mana’ta wala yanfa’u dzal jaddi
minkal jadd (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, satu-satu-Nya
tidak ada serikat bagi-Nya. Milik-Nyalah segala kekuasaan dan pujian dan Dia
atas segala sesuatu Maha mampu. Ya Allah, tidak ada penahan bagi apa yang
Engkau beri dan tidak ada pemberi bagi apa yang Engkau tahan dan tidaklah
bermanfaat pemilik Al-Jadd (kekayaan/kemampuan) dari-Mulah Al-Jadd”. (HR.
Bukhary-Muslim).
Hadits
Keempat : Hadits ‘Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhuma, beliau membaca di
belakang setiap sholat ketika selesai salam :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ, لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحُسْنَى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. وَقَالَ : كَانََ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يُهَلِّلُ بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ
“La
ilaha illallah wahdahu la syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala
kulli sya’in qodir. La haula wa la quwwata illa billah. La Ilaha illallah wa la
na’budu illa iyyahu, lahun ni’matu walahul fadhl walahuts tsana`ul husna. La
ilaha illahu mukhlishina lahuddina walau karihal kafirun (Tidak ada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah, satu-satu-Nya tidak ada serikat bagi-Nya.
Kepunyaan-Nyalah segala kekuasaan dan pujian dan Dia atas segala sesuatu Maha mampu.
Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah. Tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah dan kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya. Milik-Nyalah
segala nikmat, keutamaan dan pujian yang baik. Tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya dan walaupun
orang-orang kafir tidak senang). Berkata (‘Abdullah bin Zubair) : “Adalah
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bertahlil dengannya di
belakang setiap sholat”. (HR. Muslim).
Hadits
Kelima : Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata :
أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِيْنَ أَتَوْا رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوْا : ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَي وَالنَّعِيْمِ الْمُقِيْمِ. فَقَالَ : وَمَا ذَاكَ ؟ قَالُوْا : يُصَلُّوْنَ كَمَا نُصَلِّيْ وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا نَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُوْنَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ وَيَعْتِقُوْنَ وَلاَ نَعْتِقُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ : أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُوْنَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتُسْبِقُوْنَ بِهِ مَنَ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُوْنُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ ؟ قَالُوْا : بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : تُسَبِّحُوْنَ وَتُكَبِّرُوْنَ وَتَحْمْدُوْنَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ مَرَّةً …
“Sesungguhnya
orang-orang fakir dari kaum muhajirin datang kepada Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam lalu berkata : orang-orang yang mempunyai harta
yang banyak telah pergi membawa derajat-derajat yang tinggi dan kenikmatan yang
kekal, maka (Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam) bertanya
:”Apakah itu ?”, mereka menjawab “mereka sholat sebagaimana kami sholat dan
mereka puasa sebagaimana kami puasa (tapi) mereka bershodaqah dan kami tidak
bershodaqah dan mereka membebaskan budak dan kami tidak membebaskan budak. Maka
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :” Inginkah
kalian saya ajari sesuatu yang dengannya kalian akan mencapai orang yang mendahului
kalian dan kalian mendahului orang yang setelah kalian dan tidak ada seorangpun
yang lebih utama dari kalian kecuali orang yang mengerjakan seperti apa yang
kalian kerjakan?”, mereka menjawab :”tentu wahai Rasulullah”, beliau bersabda :
“kalian bertasbih, bertakbir dan bertahmid dibelakang setiap sholat sebanyak
tiga puluh tiga kali ….”(HR. Bukhary-Muslim)
Hadits
Keenam : Hadits Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam, beliau bersabda :
مُعَقِّبَاتٌ لاَ يَخِيْبُ قَائِلُهُنَّ أَوْ فَاعِلُهُنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ ثَلاَثٌ وَثَلاَثُوْنَ تَسْبِيْحَةً وَثَلاَثٌ وَثَلاَثُوْنَ تَحْمِيْدَةً وَأَرْبَعٌ وَثَلاَثُوْنَ تَكْبِيْرَةً
“Mu’aqibat
(bacaan-bacaan dibelakang sholat) dimana orang yang mengucapkannya dibelakang
setiap sholat wajib tidak akan merugi, (yaitu) tasbih tiga puluh tiga (kali),
tahmid tiga puluh tiga (kali) dan takbir tiga puluh empat (kali) “. (HR.
Muslim)
Bacaan
tasbih = Subhana Allah 33x
Bacaan
tahmid = Alhamdulillah 33x
Bacaan
takbir = Allahu Akbar 33x Allahu Akbar Kabiro Walhamdulillahi Katsiro Wa
Subhana Allahi Bukrataw Wa Asila 1x
Hadits
ketujuh :Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam beliau bersabda :
مَنْ سَبَّحَ اللهَ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثٍا وَثَلاَثِيْنَ وَحَمِدَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَكَبَّرَ اللهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ فَتِلْكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Siapa
yang bertasbih dibelakang setiap sholat tiga puluh tiga (kali) dan bertahmid
tiga puluh tiga (kali) dan bertakbir tiga puluh tiga (kali). Itu (semua) adalah
sembilan puluh sembilan lalu ia berkata menggenapkan seratus (dengan
mengucapkan) “La ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu lahul mulku walahul
hamdu wa huwa ‘ala kulli syain qadir “, maka akan diampuni dosa-dosanya walaupun
seperti buih lautan”. (HR. Muslim)
Hadits
kedelapan : Hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلاَةِ اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجَبْنِ وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Sesungguhnya
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam selalu berta’awwudz
dibelakang sholat (dengan) : “Allahumma inni a’udzu bika minal jubn wa a’udzu
bika an uradda ila ardzalil ‘umur wa a’udzu bika min fitnatid dunya wa a’udzu
bika min ‘adzabil qabr” (Ya Allah saya berlindung kepada-Mu dari sifat penakut
dan saya berlindung kepada-Mu untuk dikembalikan ke masa kanak-kanak (menjadi
pikun) dan saya berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan saya berlindung
kepada-Mu dari adzab kubur”. (HR. Bukhary)
Hadits
kesembilan : Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam berkata kepadanya :
أُوْصِيْكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُوْلُ اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكِ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Saya
wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah kamu meninggalkan dibelakang setiap
sholat perkataan :”Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni
‘ibadatika” (ya Allah bantulah saya dalam berdzikir, bersyukur dan memperbagus
ibadah kepada-Mu”.(Diriwayatkan oleh Abdu bin Humaid no. 120, Al-Bukhary dalam
Al-Adab Al-Mufrad no. 690, Abu Daud no. 1522, An-Nasa`i 3/53 dan dalam Al-Kubra
1/387, 6/42, Ibnu Khuzaimah no 751, Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no.
2020-2021, Al-Hakim 1/407, 3/307, Al-Baihaqy dalam Ash-Shughra 1/27 dan dalam
Syu’abil Iman 4/99, Al-Bazzar no. 2661, Ath-Thobarany 20/no. 110, 218, 250 dan
dalam Musnad Asy-Syamiyyin no. 1650 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 1/241 dan
dishohihkan oleh Syeikhuna Muqbil dalam Al-Jami’ Ash-shohih)
Hadits
kesepuluh : Hadits ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
أَمَرَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ
“Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam memerintahkanku untuk membaca
Al-Muawwidzat (yaitu surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas) dibelakang setiap
sholat. (HR. An-Nasa`i 3/68 dan dalam Al-Kubra 1/387, Ibnu Khuzaimah no. 755,
Ibnu Hibban sebagaimana dalam Al-Ihsan no. 2004, Al-Hakim 1/383, Al-Baihaqy
dalam Syu’abil Iman 2/512-513 dan Ath-Thobarany 17/no. 811-812 dan dishohihkan
oleh Syeikh Al-Albany dalam Ta’liq Misykatul Mashobih no. 959)
Hadits
kesebelas : Hadits Abu ‘Umamah Al-Bahily, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wa sallam bersabda :
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَحُلْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ الْمَوْتُ
“Siapa
yang membaca ayat kursi (Al-Baqarah ayat 255) dibelakang setiap sholat wajib,
maka tidak ada yang memisahkannya dengan masuk surga kecuali mati”.
(Dishohihkan oleh syaikh Al-Albany rahimahullah dalam Ash-Shohihah no. 972).
Lihat
: Al-Adzkar 1/200-212 tahqiq Salim Al-Hilaly, Ash-shohih Al-Musnad min Adzkaril
Yaum Wal-Lailah hal.78-86, Bahjatun Nazhirin 2/498-503, Al-Futuhat
Ar-Rabbaniyyah 3/27-63, Majmu‘ Al-Fatawa 22/492-493, 508-510 dan Zadul Ma’ad
1/295-305,3/27-63.
Jawaban
Pertanyaan Kedua :
Sutrah
adalah pembatas yang diletakkan didepan orang yang sholat guna membatasi
dirinya dengan orang yang berlalu. Dan sutrah hukumnya wajib dan insya Allah
pembahasan tentang hukum-hukum seputar sutrah akan dimuat dalam volume-volume
yang akan datang dalam risalah ilmiyah
tercinta ini.
Adapun
berapa jauh jaraknya seseorang bisa lewat didepan orang yang sedang sholat
kalau orang tersebut tidak memakai sutrah, dapat kita simak pada hadits-hadits
dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam berikut ini :
إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّيْ فَلاَ يَدَعَنَّ أَحَدًا يَمُرُّ بَيْنَ يَدَيْهِ وَلْيَدْرَأْهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ شَيْطَانٌ
“Apabila
salah seorang dari kalian sholat maka jangan ia membiarkan seorangpun berlalu
dihadapannya dan hendaklah ia menolaknya semampunya dan apabila ia tidak mau,
maka hendaknya ia menahannya dengan keras, sesungguhnya dia itu tidak lain
adalah syaithon”. (HR. Bukhary-Muslim dari Abu Sa’id Al-khudry dan semakna
dengannya dari Ibnu ‘Umar riwayat Muslim).
لَوْ يَعْلَمُ الْمَارُّ بَيْنَ يَدَيْ الْمُصَلِّيْ مَاذَا عَلَيْهِ لَكَانَ أَنْ يَقِفَ أَرْبَعِيْنَ خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَمُرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ. قَالَ أَبُوْ النَّضْرِ -أَحَدُ الرُّوَاةِ- : لاَ أَدْرِيْ أَقَالَ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا أَوْ شَهْرًا أَوْ سَنَةً.
“Andaikata
orang yang berlalu didepan orang sholat mengetahui apa yang ditimpakan atasnya
(dari dosa) maka jika ia berhenti empat puluh, lebih baik baginya dari berlalu
didepannya”. Berkata Abun Nadhor –salah seorang rawi- saya tidak tahu apakah ia
berkata 40 hari, 40 bulan atau 40 tahun.(HR. Bukhary-Muslim dari Abu Juhaim
radhiyallahu ‘anhu) dan banyak lagi hadits yang semakna dengannya.
Dan
kalimat بَيْنَ يَدَيْ (dihadapannya) dalam hadits, diterangkan oleh
Al-Hafizh Ibnu hajar dalam Fathul Bary 1/585 : “yaitu didepannya dari jarak
dekat”.
Maka
dari sini diketahui bahwa apabila ada orang yang sholat tidak menghadap ke
sutrah (pembatas), maka ia hanya terlarang berlalu dihadapannya dalam jarak
jangkauan kedua tangan dimana sebagian ulama mengatakan jarak sejauh tiga hasta
(satu hasta adalah antara ujung jari tengah sampai siku).
Berkata
syaikh Ibnu Bazz dalam ta’liq beliau terhadap Fathul Bary 1/582 : “Kapan orang yang berlalu jauh dari
hadapan orang yang sholat yang tidak meletakkan sutrah didepannya, maka ia
telah selamat dari dosa, karena apabila ia telah jauh darinya menurut kebiasaan
anggapan orang, maka tidaklah ia dinamakan orang yang berlalu dihadapannya dan
ini sama halnya dengan orang berlalu dari belakang sutrah“.
Maha
Kuasa Allah lagi Maha Berilmu, semoga Artikel ini dapat menambah pengetahuan
kita dan dapat bermanfaat dalam meningkatkan amal ibadah kita, jika artikel ini
memuat kebenaran semata-mata karena taufik dan hidayah dari Allah SWT, jika
terdapat kekeliruan ataupun perkara yang diada-adakan kami minta maaf kepada
pembaca dan jangan diamalkan (mohon koreksi kami) dan kepada Allah kami mohon
ampun, sesungguhnya dialah Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!