Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Senin, 09 Juni 2014

Kisah Nabi Ayyub A.s

Nabi Ayyub A.s menggambarkan sosok manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayyub A.s. Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya Nabi Ayyub A.s. Jadi, Nabi Ayyub A.s menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah Swt telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)

Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali kepada Allah Swt. Nabi Ayub adalah seseorang yang selalu kembali kepada Allah Swt dengan dzikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan beliau memperoleh keselamatan dan rahasia pujian Allah Swt padanya.

Al-Qur’an al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayyub A.s: “Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayyub A.s terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya.” Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: “Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita,” sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah Swt menciptakan Adam A.s. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.

Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayyub A.s dan bagaimana kisahnya?

Yang populer tentang cobaan Nabi Ayyub A.s dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: “Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayyub A.s. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah Swt dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya.” Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayyub A.s dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayyub A.s adalah seorang Nabi dimana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah Swt setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya.

Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayyub A.s, ia berkata kepada Allah Swt: “Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta.”

Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah Swt berkata kepada iblis: “Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Nabi Ayyub A.s menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan.”


Akhirnya, setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayyub A.s dan berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayyub A.s pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan Nabi Ayyub A.s.

Nabi Ayyub A.s berkata: “Oh musibah dari Allah Swt. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami dimana Dia saat ini mengambilnya. Allah Swt telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah Swt atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah Swt. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya.” Kemudian Nabi Ayyub A.s sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.

Lalu setan kembali kepada Allah Swt dan berkata: “Ya Allah, jika Ayyub A.s tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang lebih mudah.” Riwayat mengatakan bahwa Allah Swt membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayyub A.s. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayyub A.s berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: “Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayyub A.s pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu.”

Iblis kembali menemui Allah Swt dan mengatakan bahwa Ayyub A.s dapat bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat mengatakan bahwa Allah Swt menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayyub A.s. Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayyub A.s dari kepalanya sampai kakinya sehingga Nabi Ayyub A.s sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayyub A.s tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah Swt. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah Swt saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayyub A.s tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah Swt.

Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayyub A.s dan meminta mereka mengeluarkan pendapat setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.

Salah seorang setan berkata: “Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau maksud adalah Hawa?”

Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu ia pergi ke isteri Ayyub A.s dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia pergi ke Ayyub A.s dan berkata padanya: “Sampai kapan Allah Swt menyiksamu?
Dimana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat?
Dimana masa jayamu dan kemuliaanmu dahulu?”

Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi Ayyub A.s menjawab: “Sungguh engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan anak yang telah mati?”

Perempuan itu berkata: “Mengapa engkau tidak berdo’a kepada Allah Swt agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?”

Nabi Ayyub A.s berkata: “Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?”
Istrinya menjawab: “Delapan tahun.”
Ayub Ayyub A.s berkata: “Berapa lama kita mendapat penderitaan?”
Istrinya menjawab: “Tujuh tahun.”
Ayub Ayyub A.s berkata: “Aku malu jika aku meminta agar Allah Swt melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah Swt membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau dariku.”

Akhirnya, isteri Nabi Ayyub A.s pergi sehingga Nabi Ayyub A.s tinggal sendirian dalam keadaan sabar menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayyub A.s berdo’a kepada Allah Swt dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya. Beliau berdo’a agar Allah Swt menyembuhkannya. Dan akhirnya, do’anya dikabulkan oleh Allah Swt. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan Nabi Ayyub A.s dan kesabarannya.

Menurut hemat kami riwayat ini palsu karena ia sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayyub A.s. Begitu juga kami tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian. Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah disampaikan oleh Al-Qur’an berkenaan dengan cerita Nabi Ayyub A.s. Al-Qur’an adalah kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebathilan di depan dan di belakangnya.

Allah Swt berfirman:

“Dan (ingatlah kisah) Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: (‘Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’ Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. al-Anbiya’: 83-84)

Kita telah memahami bahwa Nabi Ayyub A.s adalah hamba yang shaleh dari hamba-hamba Allah Swt. Allah Swt menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh isterinya dan keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah Swt.

Sakit yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayyub A.s merasakan segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayyub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah Swt mencintainya niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah Swt sebagaimana Allah Swt tidak menjadikan cinta-Nya kepada manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah Swt menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayyub A.s seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya beliau berkata: “Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah.” Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayyub A.s. Nabi Ayyub A.s duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya.

Isteri Nabi Ayyub A.s datang dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayyub A.s dalam keadaan marah. Isterinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Isteri Nabi Ayyub A.s menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya. Nabi Ayyub A.s bertanya padanya: “Dari mana engkau mendapati uang?” Nabi Ayyub A.s telah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayyub A.s keluar menuju ke gunung dan berdo’a kepada Tuhannya.

Allah Swt berfirman:

“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’ (Allah berfirman): ‘Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya).” (QS. Shad: 41-44)

Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayyub A.s, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.”?

Nabi Ayyub A.s ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya. Nabi Ayyub A.s tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang karena pengaruh setan.

Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempurnaan mereka. Allah Swt memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah Swt memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayyub A.s melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah Swt memberikan kepada Ayyub A.s dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayyub A.s tidak kembali sendirian. Allah Swt memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayyub A.s tidak menjadi fakir.

Nabi Ayyub A.s kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayyub A.s bersyukur kepada Allah Swt. Beliau telah bersumpah untuk memukul isterinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah Swt mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud untuk memukul isterinya. Namun agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah Swt memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah Swt membalas kesabaran Ayyub A.s dan memujinya dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!