Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Cari Berkah

Selasa, 29 April 2014

Pesan Terakhir Khalifah Umar Bin Khattab (581-644 M)

Pada saat detik-detik kewafatannya Khalifah Umar Bin Khattab berpesan :

Siapa pun dari kalian yang menggantikanku,

1.      Ia harus takut pada Allah dan tidak mengutamakan kepentingan golongannya di atas kaum Muslimin.

2.   Kutegaskan padanya agar memperhatikan Kaum Muhajirin dan menghargai derajat mereka sebagai pemeluk Islam terdahulu.

3.   Kutegaskan agar ia memperlakukan Kaum Anshor dengan baik serta menghargai mereka yang melakukan kebaikan dan belajar dari masa lalunya, merekalah yang membuat jumlah kita jadi banyak dan membawa kemenangan bagi kita.

4.      Kuminta padanya untuk memperlakukan penduduk gurun pasir dengan baik karena mereka adalah akar Bangsa Arab yang juga mempengaruhi Islam.

5.      Kutegaskan agar memperlakukan Non Muslim yang membayar 'dhimmah' dengan baik.

6.      Ia harus memerangi mereka yang melampaui batas.

7.      Ia tak boleh memaksakan sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka.

8.      Aku mohon pada kalian semua agar memohonkan ampun bagi kaum Muslimin.

9.      Perlakukan para orang tua dengan penuh hormat dan menyayangi kepada yang muda serta menghormati kaum cendekiawan.

10.  Jangan memukul orang lain hingga mempermalukan mereka.

11.  Jangan berebut harta rampasan perang karena akan memicu perpecahan.

12.  Jangan biarkan kekayaan hanya berputar di kalangan orang kaya.

13.  Jangan membanting pintu terhadap orang yang datang karena ini akan memberi kesan: yang kuat menindas yang lemah.

Itu adalah pesan-pesanku kepada penggantiku,
Maafkanlah aku.

(*semoga kita dapat mengambil hikmah, khususnya para pemimpin kita saat ini dan dimasa mendatang*)

Minggu, 27 April 2014

Sekarung Gandum di Punggung Khalifah

Kamu tidak memikul tanggungjawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggungjawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim). (QS. Al-An’aam (6) : 52)

Malam belum beranjak jauh. Dari sebuah rumah yang nyaris rubuh terdengar tangisan seorang anak yang begitu menyayat hati. Suara seorang bocah yang menangis entah karena apa.

Seorang laki-laki tak dikenal merapat ke tepi jendela rumah sederhana dan kumuh itu. Suara tangisan itu mengetuk hatinya untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi.

Laki-laki asing itu kini tahu bahwa si anak menangis karena kelaparan, sedangkan ibunya tak memiliki sedikit pun makanan. “Diamlah anakku sayang, ibu sedang memasak untuk makan malammu. Kita akan makan bersama kalau makanan ini sudah matang,” ujar si ibu.
Namun laki-laki di dekat jendela itu sangat kaget, karena yang sesungguhnya dimasak si ibu  adalah bebatuan. Si ibu berpura-pura memasak makanan, dengan harapan anaknya akan tertidur karena kelelahan menunggu. Itulah satu-satunya cara yang bisa ia lakukan untuk menenangkan dan menghibur sang buah hati dari rasa lapar.

Sambil mengaduk batu, sang ibu pun bergumam, “Alangkah enaknya hidup menjadi seorang khalifah tak pernah merasakan kesusahan sebagaimana yang dialami rakyatnya. Bahkan khalifah tak pernah tahu ada rakyatnya yang kelaparan.”

Suara wanita tersebut terdengar menyebut-nyebut nama khalifah dengan nada kesal. Mendengar semua itu, laki-laki yang ada di tepi jendela itu tiba-tiba mengucurkan air mata. Dialah orang yang tengah diceritakan wanita itu, Khalifah Umar bin Khattab, pimpinan tertinggi negeri.

Ia pun pergi meninggalkan rumah itu menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan makanan. Ia kemudian memanggul karung makanan tersebut untuk diberikan kepada keluarga yang sedang kelaparan itu.

Ketika seorang pegawainya menawarkan untuk memanggulkan karung tersebut, khalifah serta-merta menolaknya. Menurut khalifah sungguh tak pantas seorang pemimpin menyuruh bawahannya mengerjakan hal yang sebenarnya masih bisa dilakukannya. Khalifah Umar justru balik bertanya, “Beranikah kamu menggantikan memanggul tanggungjawabku di akhirat kelak?”

Tak hanya memanggul bahan makanan, Khalifah Umar pun memasakkannya dan menemani keluarga itu makan malam. Sebelum pamit pulang, khalifah masih sempat menghibur sang anak hingga tertidur pulas. Sampai Khalifah Umar pulang, keluarga itu tak pernah tahu bahwa yang datang memanggul karung dan mempersiapkan makanan buat mereka malam itu adalah Khalifah Umar bin Khattab.

Semoga Allah SWT, memberkahi Umar Bin Khattab. Dan mengumpulkannya bersama Rasulullah SAW di Surga, Aamiiin...

Jumat, 25 April 2014

Do'a Iftitah

Pada tutorial tata cara shalat yang baik dan benar berikut ini membahas tentang bacaan sholat, yaitu membaca Do'a Iftitah.

1.   Do'a iftitah disebut juga istiftah adalah do'a yang dibaca setelah takbiratul ihram.

2.   Ada beberapa macam do'a yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Untuk itu, setiap muslim dianjurkan untuk membaca do'a-do'a tersebut secara bergantian.
Misalnya, shalat subuh membaca do'a iftitah tertentu kemudian shalat dzuhur membaca do'a iftitah yang lain.
Dengan demikian semua sunah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam akan lestari dan terjaga.

3.   Do'a iftitah dibaca pelan, baik makmum, imam, maupun orang yang shalat sendirian.

4.   Untuk makmum masbuq (ketinggalan) tidak perlu membaca do'a iftitah .

5.   Macam-macam do'a iftitah:

Do'a pertama

Allaah-humma baa-'id bai-nii wa bai-na kha-thaa-yaa-ya kamaa baa-'ad-ta bai-nal masy-riqi wal magh-rib. Allaah-humma naqqi-nii min khathaa-yaa-ya kamaa yunaq-qats-tsaubul ab- ya-dlu minad danas. Allaah- hummagh-sil-nii min khathaa- yaa-ya bil maa-i wats-tsalji wal barad. (HR. Bukhari dan Muslim)

Do'a kedua

Subhaana-kallaah-humma wa biham-dika wa tabaa-rakas- muka wa ta-'aa-laa jadduka wa laa-ilaaha ghai-ruk. (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al Albani).

Do'a ketiga
Seperti do'a iftitah di atas, tetapi dengan tambahan bacaan berikut:

Laa-ilaaha-illallaah (3x)
allaahu akbar kabii-raa (3x).

Keterangan: Do'a iftitah ini dibaca Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat shalat malam. (HR. Abu Dauddan dishahihkan Al Albani).

Rabu, 23 April 2014

Pesan Khalifah Umar Bin Khattab

Sebagai Bahan Renungan Seluruh Mukmin, dalam sepucuk surat yang dikirimkannya kepada Abu Musa al-Asy’ari, Khalifah Umar bin Khatab r.a, menulis sebagai berikut :

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang
Dari Abdullah (hamba Allah), Umar bin Khattab Amirul Mukminin kepada Abdullah bin Qais :

Salaamullah ‘alaik (Salam sejahtera semoga tetap dilimpahkan oleh Allah atas mu).
Amma ba’du

“Sesungguhnya peradilan itu adalah kewajiban yang sangat ditekankan dan sunnah yang harus diikuti. Maka curahkanlah segenap daya pikir untuk memahami berbagai masalah bila tugas peradilan diamanatkan kepada anda, karena sesungguhnya tidaklah bermanfaat membicarakan kebenaran tanpa realisasi.

Sejajarkan hak semua orang dihadapanmu, didalam peradilan dan tempat persidanganmu, sehingga orang yang kaya dan mempunyai kelebihan tidak berkeinginan untuk mengincar apa yang menjadi kesenanganmu, sementara yang lemah tidak akan merasa putus asa dengan keadilanmu.

Bukti atas suatu tuduhan wajib ditunjukkan oleh pihak penuduh, sementara sumpah itu wajib diberikan oleh pihak yang menolak tuduhan tersebut.

Perdamaian dikalangan umat Islam itu dibolehkan selama perdamaian itu tidak menghalalkan perkara yang haram atau mengharamkan yang halal.

Tidak ada salahnya anda mengkaji ulang secara rasio serta mempertimbangkannya berdasarkan pengetahuan anda terhadap keputusan yang telah anda putuskan pada hari ini untuk mencapai suatu kebenaran. ; Karena sesungguhnya kebenaran itu sudah ada sejak dahulu, sementara kembali kepada kebenaran adalah lebih baik daripada berkepanjangan dalam suatu kesalahan.

Pahamilah segala apa yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw serta segala yang meragukan hatimu !

Ketahuilah akan hal-hal serupa dan sepadan, lalu dalam kondisi seperti ini, kiaskan dengan hal-hal yang sepadan. Dan laksanakanlah apa yang paling mendekatkan kepada Allah dan mendekati kebenaran.