Kamu tidak memikul tanggungjawab
sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul
tanggungjawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak)
mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim). (QS.
Al-An’aam (6) : 52)
Malam belum beranjak jauh. Dari
sebuah rumah yang nyaris rubuh terdengar tangisan seorang anak yang begitu
menyayat hati. Suara seorang bocah yang menangis entah karena apa.
Seorang laki-laki tak dikenal
merapat ke tepi jendela rumah sederhana dan kumuh itu. Suara tangisan itu
mengetuk hatinya untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi.
Laki-laki asing itu kini tahu bahwa
si anak menangis karena kelaparan, sedangkan ibunya tak memiliki sedikit pun
makanan. “Diamlah anakku sayang, ibu sedang memasak untuk makan malammu. Kita
akan makan bersama kalau makanan ini sudah matang,” ujar si ibu.
Namun laki-laki di dekat jendela itu
sangat kaget, karena yang sesungguhnya dimasak si ibu adalah bebatuan. Si ibu berpura-pura memasak
makanan, dengan harapan anaknya akan tertidur karena kelelahan menunggu. Itulah
satu-satunya cara yang bisa ia lakukan untuk menenangkan dan menghibur sang
buah hati dari rasa lapar.
Sambil mengaduk batu, sang ibu pun
bergumam, “Alangkah enaknya hidup menjadi seorang khalifah tak pernah merasakan
kesusahan sebagaimana yang dialami rakyatnya. Bahkan khalifah tak pernah tahu
ada rakyatnya yang kelaparan.”
Suara wanita tersebut terdengar
menyebut-nyebut nama khalifah dengan nada kesal. Mendengar semua itu, laki-laki
yang ada di tepi jendela itu tiba-tiba mengucurkan air mata. Dialah orang yang
tengah diceritakan wanita itu, Khalifah Umar bin Khattab, pimpinan tertinggi
negeri.
Ia pun pergi meninggalkan rumah itu
menuju ke gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan
makanan. Ia kemudian memanggul karung makanan tersebut untuk diberikan kepada
keluarga yang sedang kelaparan itu.
Ketika seorang pegawainya menawarkan
untuk memanggulkan karung tersebut, khalifah serta-merta menolaknya. Menurut
khalifah sungguh tak pantas seorang pemimpin menyuruh bawahannya mengerjakan
hal yang sebenarnya masih bisa dilakukannya. Khalifah Umar justru balik
bertanya, “Beranikah kamu menggantikan memanggul tanggungjawabku di akhirat kelak?”
Tak hanya memanggul bahan makanan,
Khalifah Umar pun memasakkannya dan menemani keluarga itu makan malam. Sebelum
pamit pulang, khalifah masih sempat menghibur sang anak hingga tertidur pulas.
Sampai Khalifah Umar pulang, keluarga itu tak pernah tahu bahwa yang datang
memanggul karung dan mempersiapkan makanan buat mereka malam itu adalah
Khalifah Umar bin Khattab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!