Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah.
Dalil-dalil
syariat dari kitab dan sunnah Nabi telah menunjukkan bahwa Allah Subhana wa
Ta'ala berada di atas langit-Nya, bersemayam di atas Arsy-Nya
dengan carabersemayam yang layak bagi kemuliaan dan keagungan-Nya,
sebagaimana Allah berfirman:
"Allah
yang Rahman, Istiwa (bersemayam) di atas Arsy."
Adapun
tentang pertemuan dan melihat Allah, maka pertemuan dengan Allah akan terjadi
setelah mati pada hari kiamat. Demikian pula dengan melihat-Nya tidak
akan terjadi, kecuali pada hari kiamat.
Adapun
pertemuan dengan Allah yang terjadi setelah mati, maka hal ini diterangkan
dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari: Bab siapa yang mencintai
pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya.
Dari
Ubadah bin Shamit dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam, beliau
berkata:
"Barangsiapa
yang mencintai pertemuan dengan Allah, Allah pun mencintai pertemua dengannya,
dan barangsiapa yang membenci pertemuan dengan Allah, Allah pun membenci
pertemuan dengannya." Maka berkatalah Aisyah atau salah seorang istrinya:
"Kita semua membenci kematian." Beliau menjawab: "Bukan begitu,
akan tetapi seorang mukmin apabila akan didatangi oleh kematian, dia akan digembirakan
dengan keridhaan Allah dan kemulian-Nya, maka tidak ada sesuatupun yang
lebih dia cintai daripada masa depannya, lalu dia pun mencintai pertemuan
dengan Allah dan Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Adapun orang kafir
apabila dia akan didatangi kematian, dia diberi kabar tentang adzab Allah dan
siksanya, maka tidak ada yang lebih dia benci dibandingkan masa depannya, maka
dia pun membenci pertemuan dengan Allah dan Allah pun membenci pertemuan
dengannya." (HR. Bukhari 6026)
Sabda
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam:
"Maka
tidak ada sesuatupun yang lebih dicintai daripada masa depannya,"
maksudnya:
masa depan setelah mati.
Imam
Muslim dan An-Nasa'i telah mengeluarkan hadits dari jalan Syuraih bin Hani',
dia berkata: "Maka aku mendatangi Aisyah, lalu aku berkata aku mendengar
sebuah hadits, bila hal itu benar, maka binasalah kita, lalu dia menyebutkan
dengan berkata: "Tak ada seorangpun dari kita, kecuali pasti membenci
kematian," maka berkatalah Aisyah: "(Hadits ini maksudnya) bukanlah
seperti yang kamu fahami, tetapi (maksudnya) bila mata sudah terbelalak, dada
sudah tersengal, dan kulit sudah merinding, hal-hal tersebut terjadi ketika
sekarat."
Al-Khathabi
berkata: "Bertemu punya beberapa arti. Di antaranya melihat, atau bangkit,
seperti firman Allah,
"Orang-orang
yang mendustakan pertemuan dengan Allah."
Makna
lainnya adalah 'kematian', seperti firman Allah,
"Siapa
yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka waktu pertemuan Allah itu pasti
datang."
Dan
firman-Nya:
"Sesungguhnya
kematian yang kamu lari darinya, pasti akan menemuimu."
Dan
pertemuan dengan Allah dalam hadits tersebut bukanlah kematian, berdasarkan
dalil hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam dalam riwayat lain, "Mati
bukanlah pertemuan dengan Allah." Akan tetapi karena kematian merupakan
jalan menuju pertemuan dengan Allah, maka mati sering diungkapkan "bertemu
dengan Allah."
Berkata
Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, "Maksud hadits ini bukanlah membenci
kematian dengan kedahsyatannya, karena hal tersebut hampir-hampir dirasakan
oleh semua orang, akan tetapi yang tercela dari hal itu adalah mengutamakan
dunia dan cenderung kepadanya serta membenci berpindah menuju Allah dan negeri akhirat."
Beliau
berkata lagi: "Di antara hal yang menjelaskan tersebut adalah bahwa Allah
Ta'ala mencela satu kaum yang mencintai dunia .
Allah
berfirman:
"Sesungguhnya
orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan ridha dengan
kehidupan dunia dan merasa tenang dengan dunia…"
An-Nawawi
berkata: "Makna hadits ini adalah bahwa cinta dan benci menurut syari'at
adalah yang teralami pada waktu sekarat pada saat tidak diterima lagi taubat,
ketika dibuka dan ditampakkan bagi orang yang sekarat apa-apa yang akan
dialaminya. Di dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa membenci kematian
pada waktu sehat harus dirinci. Maka barangsiapa yang membenci kematian karena
lebih mengutamakan kehidupan dibanding memperhatikan nasib setelah mati berupa
kenikmatan akhirat maka dia tercela. Dan barangsiapa yang membenci kematian
karena takut mendapat siksa karena merasa amalnya kurang dan belum
mempersiapkan bekal untuk itu, dalam arti belum menghindarkan diri dari
perbuatan-perbuatan dosa, belum melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang
diwajibkan, maka orang seperti ini ma'dzur (dimaafkan), tetapi bagi orang
seperti ini harus segera menyiapkan bekal sehingga ketika kematian
mendatanginya, dia tidak membenci kematian itu, bahkan mencintainya karena
mengharapkan pertemuan dengan Allah setelah itu. Di dalam hadits ini kita tahu
bahwa Allah Ta'ala tidak akan terlihat oleh seorang pun dari kalangan
orang-orang yang masih hidup. Hal itu (melihat Allah) hanya akan teralami oleh
orang mukmin setelah mati, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam:
"Kematian
itu bukan pertemuan dengan Allah."
Adalagi
hadits yang lebih jelas dari hal ini, yaitu di dalam Shahih Muslim dari hadits
Abu Usamah secara marfu' dalam hadits yang panjang. Di dalamnya dikatakan:
"Ketahuilah,
bahwa kalian tidak akan melihat Rabb kalian (Allah) sampai kalian mati."
Adapun bertemu
dan melihat Allah pada hari kimat, maka hal didasarkan pada banyak dalil.
Di
antaranya firman Allah Ta'ala:
"Pada
hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, karena mereka melihat kepada Rabb
mereka." (Al-Qiyamah: 22-23)
Di dalam
hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa manusia berkata:
"Wahai
Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Beliau
menjawab: "Apakah kalian berdesak-desakan ketika melihat bulan pada malam
purnama di saat tidak ada awan di bawahnya?" Mereka menjawab: "Tidak,
ya Rasulullah?" Beliau berkata: "Apakah kalian pun berdesak-desakan
ketika melihat matahari di saat tidak ada awan?" Mereka menjawab:
"Tidak." Beliau berkata: "Maka sesungguhnya kalian akan
melihat-Nya seperti itu." (HR. Bukhari 764).
Kita
mohon kepada Allah agar Dia menemui kita dalam keadaan Dia ridha kepada kita
dan semoga shalawat tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu
'Alaihi Wasalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!