Kisah-kisah
para pendahulu kita dari kalangan shohabat maupun thabi’in memang penuh dengan hikmah-hikmah yang
mengagumkan. Tiap kali selesai membaca satu kisah maka hati akan tergerak
menuju kisah lain di lembar berikutnya. Kini, kami suguhkan satu kisah menarik
yang dituliskan Dr. Abdurrahman Ra’fat Al-Basya dalam kitabnya Shuwar Min
Hayati At-Thabi’in. Ath-Tabari telah mengisahkan kepada kita dari Thufail bin
Mirdas:
Ketika
Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khilafah beliau menulis
surat untuk Sulaiman bin Abi As-Sari, gubernur beliau di Shugdi yang isinya:
“Buatlah
di negerimu pondok-pondok untuk menjamu kaum muslimin. Jika salah seorang di
antara mereka lewat, maka jamulah ia sehari semalam, perbaguslah keadaannya dan
rawatlah kendaraannya. Jika dia mengeluhkan kesusahan, maka perintahkan
pegawaimu untuk menjamunya selama dua hari dan bantulah ia keluar dari
kesusahannya. Jika ia tersesat jalan, tidak ada penolong baginya dan tidak ada
kendaraannya yang bisa dia tunggangi, maka berikanlah kepadanya sesuatu yang
menjadi kebutuhannya hingga ia bisa kembali ke negerinya.”
Maka
sang gubernur segera mewujudkan perintah Amirul Mukminin. Dia membangun
pondok-pondok sebagaimana yang diperintahkan Amirul Mukminin untuk disediakan
bagi kaum muslimin. Lalu tersebarlah berita tersebut ke segala penjuru.
Orang-orang dari belahan bumi Islam di barat dan timur ramai membicarakannya
dan menyebut-nyebut keadilan Khalifah serta ketakwaannya.
Mendengar
hal itu penduduk Samarkand tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, hingga
mereka mendatangi gubernur mereka Sulaiman bin As-Sari dan berkata,
“Sesungguhnya
pendahulu anda yang bernama Qutaibah bin Muslim Al-Bahili (Panglima Mujahidin)
telah merampas negeri kami tanpa memberikan peringatan (dakwah) terlebih
dahulu, dia tidak sebagaimana yang kalian lakukan wahai kaum muslimin yakni
memberikan peluang sebelum memerangi. Yang kami tahu, kalian menyeru
musuh-musuh agar mau masuk Islam terlebih dahulu. Jika mereka menolak kalian
menyuruh mereka untuk membayar jiyzah. Jika mereka menolaknya barulah kalian
mengumumkan perang.
Sesungguhnya
kami melihat keadilan Khilafah anda dan ketakwaannya sehingga kami berhasrat
untuk mengadukan kepada kalian atas apa yang telah dilakukan salah seorang
panglima perang kalian terhadap kami. Maka izinkanlah, wahai Amir, agar salah
satu dari kami melaporkan hal itu kepada Khalifah anda dan untuk mengadukan
kezaliman yang telah kami rasakan. Jika kami memang memiliki hak untuk itu,
maka berikanlah untuk kami, namun jika tidak, kami akan pulang kembali ke asal
kami.”
“Amma
ba’du. Jika telah sampai kepada anda surat ini, maka sediakanlah seorang qadhi
untuk penduduk Samarkand yang akan mempelajari pengaduan mereka. Jika qadhi itu
telah memutuskan bahwa kebenaran di pihak mereka, maka perintahkanlah kepada
seluruh pasukan muslimin untuk meninggalkan kota mereka dan segera kembali ke
negeri asal mereka. Lalu kembalikanlah keadaan seperti semula sebagaimana kita
belum mendatangi mereka. Yaitu sebelum Qutaibah bin Muslim Al-Bahili masuk ke
negeri mereka.”
Sampailah
sang utusan kepada Sulaiman bin Abi As-Sariy kemudian diserahkannya surat dari Amirul
Mukminin kepada beliau, segera gubernur menunjuk seorang qadhi yang terkemuka
Juma’i bin Hadhir An-Naji. Sang qadhi mempelajari pengaduan mereka, beliau
meminta agar mereka menceritakan persoalan mereka, juga mendengar kesaksian
dari beberapa saksi dari pasukan muslim dan pemuka penduduk Samarkand. Maka
sang qadhi membenarkan tuduhan penduduk Samarkand dan memenangkan urusan di
pihak mereka.
Seketika
itu juga, gubernur memerintahkan kepada seluruh pasukan kaum muslimin
(mujahidin) untuk meninggalkan kota Samarkand dan kembali ke markas-markas
mereka, namun tetap bersiap-siap berjihad pada kesempatan yang lain. Mungkin
akan kembali memasuki negeri mereka dengan damai, atau akan mengalahkan mereka
dengan peperangan lain, atau bisa jadi pula bukan takdirnya untuk menaklukan
mereka.
Ketika
para pemuka penduduk Samarkand mendengar keputusan sang qadhi yang memenangkan
urusan mereka, masing-masing saling berbisik satu sama lain,
“Celaka,
kalian telah bercampurbaur dengan kaum muslimin dan tinggal bersama mereka,
sedangkan kalian mengetahui kepribadian, keadilan dan kejujuran mereka
sebagaimana yang kalian lihat, mintalah agar mereka tetap tinggal bersama
kalian, bergaullah kepada mereka dengan baik, dan berbahagialah kalian tinggal
bersama mereka…”
Lihatlah
pandangan pemuka penduduk Samarkand yang saat itu masih kafir terhadap kaum
muslimin. Tidakkah kita merindukan kejayaan dan kemuliaan kaum muslimin saat
itu sehingga islam benar-benar menjadi rahmat seluruh alam? Ketika kita
bandingkan dengan keadaan hari ini, Subhanallah, kemana sajakah kaum muslimin
hari ini? Mereka ditimpa kehinaan, kelemahan sehingga orang-orang kafir mampu
menguasai mereka dan berbuat sesuka mereka. Mereka menjarah kekayaan kaum
muslimin, membunuhi putra-putra terbaiknya, memaksakan hukum dan undang-undang
kafir serta budaya menjijikan mereka tengah-tengah kaum muslimin.
Dari
Ibnu Umar radliyallahu ‘anhu bahwa ia berkata: Saya mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Bila
kalian berjual beli ‘inah, dan kalian mengikuti ekor-ekor kerbau, dan kalian
rela dengan pertanian serta kalian meninggalkan jihad; maka Allah kuasakan
terhadap kalian kehinaan yang tidak diangkat-Nya sampai kalian kembali kepada
dien kalian.” (HR. Abu Dawud)
Maka
benarlah apa yang disebutkan Syaikh Abu Muhammad Al-‘Adnani As-Syami, Juru
Bicara resmi ISIS (Daulah Islamiyah Iraq dan Syam) dalam rilisannya ‘Aksi Damai
Agama Siapa?’:
“Inilah
penyakit kita dan bahwa sumber kehinaan kita adalah: Kecenderungan kepada dunia
dan meninggalkan jihad, sehingga bila kita ingin melenyapkan kedzhaliman dan
meraih kemuliaan, maka kita wajib membuang undang-undang syirik buatan itu dan
memberlakukan syari’at Allah, sedangkan tidak ada jalan untuk mencapai hal itu
kecuali dengan jihad di jalan Allah.”
Benar
wahai syaikh, tak ada cara lain untuk menghapus kehinaan kecuali dengan jihad
di jalan Allah.
Semoga
Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua (umat islam)
dan selalu menjauhkan kita dari kehinaan dunia dan akhirat. Aamiiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!