Setelah
Khunias bin Hadzafah Al-sahmi mati syahid dalam perang Uhud melawan pasukan
Quraisy, sang isteri yaitu Hafshah binti Umar dirundung kesedihan mendalam.
Namun itu tidak berlangsung lama, setelah Rasulullah Saw meminangnya sebagai
isteri.
Di
antara isteri-isteri nabi yang lain, Hafshah memiliki kelebihan dalam mengingat
dan menulis. Untuk ukuran masyarakat Mekkah waktu itu, kemampuan dan gaya
tulisan Hafshah jauh lebih bagus. Maka tidak heran jika Rasulullah Saw juga
memberikan perhatian besar kepada Hafshah.
Dalam
buku bilik-bilik cinta Muhammad tulisan Nizar Abashah dikatakan, karena
perhatian besar itulah, Nabi Muhammad Saw mendorong Hafshah untuk memperdalam
ilmu menulisnya. Pada perkembangan berikutnya, peran Hafshah sangat penting
selama periode pertama penulisan wahyu Al-Qur’an.
Selain
menjadi isteri yang sholehah, Hafshah juga menggunakan kemampuan menulis dan
ketajaman ingatan untuk mengumpulkan penggalan wahyu Al-Qur’an. Perbuatan
Hafshah tersebut tidak mendapat penolakan dari nabi, mengingat Hafshah
merupakan Muslimah yang memiliki kejernihan hati dan taat menjalankan shalat
serta puasa.
Selama
Muhammad menjadi rasul, Hafshah berhasil mengumpulkan penggalan-penggalan ayat
Alquran yang ditulisnya pada lembaran dahan pohon kurma, papan, tulang, dan
kulit hewan. Dialah wanita pertama dan satu-satunya penghafal dan penulis
Al-Qur’an langsung di bawah pengawasan Rasulullah Saw.
Setiap
Nabi Muhammad Saw menerima wahyu, Hafshah dengan teliti dan cekatan menghafal
kemudian menulisnya. Penggalan wahyu dan hafalannya terus dijaga Hafshah sampai
pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq r.a.
Tidak
lama setelah Nabi Muhammad Saw meninggal dunia, umat Islam dipecah dengan
munculnya nabi palsu yang mengaku utusan Allah Swt untuk meneruskan perjuangan
Muhammad Saw sebagai nabi. Untuk memerangi nabi palsu tersebut, beberapa
sahabat menggelar pertemuan yang bertujuan mengangkat seorang khalifah.
Akhirnya Abu Bakar Ash-shiddiq r.a didaulat menjadi khalifah pertama.
Selama
menjadi khalifah, kemunculan nabi palsu berhasil di antisipasi. Selain itu,
pada pemerintahan Khalifah Abu Bakar r.a, untuk pertama kalinya penggalan wahyu
yang disimpan Hafshah ditulis ulang menjadi satu mushaf utuh. Pada waktu itu,
penulisan Al-Qur’an disusun berdasarkan waktu turunnya kepada Nabi Muhammad
Saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!