Shalat
sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu. Shalat
sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat sunnah qobliyah.
Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba’diyah.
Di antara
tujuan disyari’atkannya shalat sunnah qobliyah adalah agar jiwa memiliki
persiapan sebelum melaksanakan shalat wajib. Perlu dipersiapkan seperti ini
karena sebelumnya jiwa telah disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Agar jiwa
tidak lalai dan siap, maka ada shalat sunnah qobliyah lebih dulu.
Sedangkan
shalat sunnah ba’diyah dilaksanakan untuk menutup beberapa kekurangan dalam
shalat wajib yang baru dilakukan. Karena pasti ada kekurangan di sana-sini
ketika melakukannya.
Keutamaan
Shalat Sunnah Rawatib
Pertama:
Shalat adalah sebaik-baik amalan
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاعْلَمُوا
أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ
“Ketahuilah,
sebaik-baik amalan bagi kalian adalah shalat.” [HR. Ibnu Majah]
Kedua: Akan
meninggikan derajat di surga karena banyaknya shalat tathowwu’ (shalat sunnah)
yang dilakukan
Tsauban
–bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah ditanyakan
mengenai amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling
dicintai oleh Allah. Kemudian Tsauban mengatakan bahwa beliau pernah menanyakan
hal tersebut pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau
menjawab,
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ
تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ
عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah
engkau memperbanyak sujud kepada Allah karena tidaklah engkau bersujud pada
Allah dengan sekali sujud melainkan Allah akan meninggikan satu derajatmu dan
menghapuskan satu kesalahanmu.” [HR. Muslim ]
Ini baru
sekali sujud. Lantas bagaimanakah dengan banyak sujud atau banyak shalat yang
dilakukan?!
Ketiga:
Menutup kekurangan dalam shalat wajib
Seseorang
dalam shalat lima waktunya seringkali mendapatkan kekurangan di sana-sini
sebagaimana diisyaratkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ
عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا
خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
“Sesungguhnya
seseorang ketika selesai dari shalatnya hanya tercatat baginya sepersepuluh,
sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat,
sepertiga, separuh dari shalatnya.”[HR. Abu Daud]
Untuk
menutup kekurangan ini, disyari’atkanlah shalat sunnah. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا
جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى
صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ
لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا
هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ
أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ
الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ
“Sesungguhnya
amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari
amalan-amalan mereka adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada
malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada
shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya
sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya
terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki
amalan shalat sunnah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah
pahala bagi hamba-Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian
amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.”[HR. Abu Daud]
Keempat:
Rutin mengerjakan shalat rawatib 12 raka’at dalam sehari akan dibangunkan rumah
di surga.
Dari Ummu
Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Rasulullah shallalahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى
يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena
sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.”
Coba kita
lihat, bagaimana keadaan para periwayat hadits ini ketika mendengar hadits
tersebut. Di antara periwayat hadits di atas adalah An Nu’man bin Salim, ‘Amr
bin Aws, ‘Ambasah bin Abi Sufyan dan Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam- yang mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
secara langsung.
Ummu Habibah
mengatakan, Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam
sehari sejak aku mendengar hadits tersebut langsung dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. ”
‘Ambasah
mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at
dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.”
‘Amr bin Aws
mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas raka’at
dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Ambasah.”
An Nu’man
bin Salim mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas
raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Amr bin Aws.”[
HR. Tirmidz]
Yang
dimaksudkan dengan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari dijelaskan
dalam riwayat At Tirmidzi, dari ‘Aisyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ
السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ
قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ
الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ
قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa
merutinkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan
membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah
empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah
maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.”
Hadits di
atas menunjukkan dianjurkannya merutinkan shalat sunnah rawatib sebanyak 12
raka’at setiap harinya.
Dua belas
raka’at rawatib yang dianjurkan untuk dijaga adalah: empat raka’at sebelum
Zhuhur, dua raka’at sesudah Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at
sesudah ‘Isya’, dua raka’at sebelum Shubuh.
Shalat
Qobliyah Shubuh Jangan Sampai Ditinggalkan
Shalat
sunnah qobliyah shubuh atau shalat sunnah fajr memiliki keutamaan sangat luar
biasa. Di antaranya disebutkan dalam hadits ‘Aisyah,
رَكْعَتَا
الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua raka’at
sunnah fajar (qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.”[ HR.
Muslim]
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersemangat melakukan shalat ini,
sampai-sampai ketika safar pun beliau terus merutinkannya.
‘Aisyah
mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - عَلَى
شَىْءٍ مِنَ النَّوَافِلِ أَشَدَّ مِنْهُ تَعَاهُدًا عَلَى رَكْعَتَىِ
الْفَجْرِ
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa untuk
shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.”[ HR. Bukhari]
Ibnul Qayyim
mengatakan, “Termasuk di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika bersafar adalah mengqoshor shalat fardhu dan beliau tidak mengerjakan
shalat sunnah rawatib qobliyah dan ba’diyah. Yang biasa beliau tetap lakukan
adalah mengerjakan shalat sunnah witir dan shalat sunnah qabliyah shubuh.
Beliau tidak pernah meninggalkan kedua shalat ini baik ketika bermukim dan
ketika bersafar.”
Tiga Model
untuk Shalat Rawatib Zhuhur
Dalam
melakukan shalat sunnah rawatib zhuhur ada tiga model yang bisa dilakukan.
Pertama: Empat
raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur sebagaimana telah
dikemukakan dalam hadits ‘Aisyah di atas.
Kedua: Empat
raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at sesudah zhuhur. Hal ini sebagaimana
terdapat dalam hadits Ummu Habibah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ
حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ
عَلَى النَّارِ
“Barangsiapa
merutinkan shalat sunnah empat raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at sesudah
Zhuhur, maka akan diharamkan baginya neraka.”[ HR.Abu Daud]
Ketiga: Dua raka’at
sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur. Dari Ibnu ‘Umar, beliau
mengatakan,
فِظْتُ مِنَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - عَشْرَ
رَكَعَاتٍ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ،
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ
بَعْدَ الْعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ
صَلاَةِ الصُّبْحِ
“Aku
menghafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh raka’at (sunnah
rawatib), yaitu dua raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah Zhuhur, dua
raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum
Shubuh.”[ HR. Bukhari]
Lebih Bagus
Menjalankan Shalat Sunnah di Rumah
Di antara
petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menjalankan setiap shalat
sunnah di rumah, kecuali jika memang ada hajat atau faktor lain yang mendorong
untuk melakukannya di masjid.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِنَّ
أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
“Sesungguhnya
seutama-utama shalat adalah shalat seseorang di rumahnya selain shalat wajib.”[
HR. Bukhari]
Di antara
keutamaan lainnya mengerjakan shalat di rumah, apalagi ketika baru datang dari
masjid atau akan pergi ke masjid terdapat dalam hadits Abu Hurairah, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا خرجت
من منزلك فصل ركعتين يمنعانك من مخرج السوء وإذا دخلت إلى منزلك فصل ركعتين
يمنعانك من مدخل السوء
“Jika engkau
keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang dengan ini akan
menghalangimu dari kejelekan yang ada di luar rumah. Jika engkau memasuki
rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan menghalangimu dari
kejelekan yang masuk ke dalam rumah.” [ HR. Al Bazzar]
Kontinu
dalam Amalan itu Lebih Baik
Dari ’Aisyah
–radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda,
أَحَبُّ
الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang
paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu
sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras
untuk merutinkannya. [HR. Muslim]
An Nawawi
rahimahullah mengatakan, ”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun konsekuen
dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja
dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan
melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan
keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan tersebut diterima oleh Sang
Kholiq Subhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan
memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang
sedikit namun sesekali saja dilakukan.”
Ibnu Rajab
Al Hambali menjelaskan, ”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang
memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah
melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar.”
Demikian
sedikit penjelasan dari kami mengenai shalat sunnah rawatib. Semoga kita
termasuk hamba Allah yang bisa merutinkannya. Hanya Allah yang memberi
taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan
menjadi sempurna.
Tuntunan
Shalat Sunnah Qobliyah Ashar
Disyariatkan
bagi setiap muslim dan muslimah untuk melaksanakan shalat qobliyah Ashar empat
raka’at dan ia salam pada setiap dua raka’at.
Disyari’atkannya
shalat qobliyah Ashar berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
رَحِمَ
اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا
“Semoga
Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat qobliyah Ashar empat
raka’at.” [HR. Abu Daud no. 1271, At Tirmidzi no. 430, Ahmad 2/117. Hadits ini
hasan.]
Dalam hadits
lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى
“Shalat
(sunnah) malam dan siang hari adalah dua raka’at, dua raka’at.” [HR. Abu Daud
no. 1295, An Nasai no. 1666, At Tirmidzi no. 597. Hadits ini shahih]
Macam-Macam
Shalat Sunnah ba'diyyah & Qabliyyah
1.Shalat
sunnat rawatib yang mu'akkadah jumlahnya 12 raka'at atau 10 raka'at, dalilnya:
أُمَّ حَبِيبَةَ رضي الله عنها تَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ »
Artinya Ummu
Habibah radhiyallahu 'anha berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang shalat 12 raka'at
di dalam sehari semalam maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam
surga". Hadits riwayat Muslim (no. 728)
عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَوْ إِلاَّ بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ »
Artinya:
"Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha berkata: "Aku telah mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim
shalat sunnah untuk Allah setiap hari sebanyak 12 raka'at selain shalat wajib,
melainkan Allah telah membangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga atau
melainkan telah dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga". Hadits
riwayat Muslim (no. 728)
عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَلَّى فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بُنِىَ لَهُ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الْفَجْرِ »
Artinya:
"Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang shalat di dalam sehari dan
semalam 12 raka'at maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga, (12
raka'at tersebut) adalah 4 raka'at sebelum Zhuhur, 2 raka'at setelahnya, 2
raka'at setelah Maghrib, 2 raka'at setelah Isya' dan 2 raka'at sebelum
Fajar". Hadits riwayat Tirmidzi (no. 414) dan dishahihkan oleh Al Albani
di dalam Shahihut Tirmidzi (1/131)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما – قَالَ:
حَفِظْتُ مِنَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - عَشْرَ رَكَعَاتٍ, رَكْعَتَيْنِ
قَبْلَ الظُّهْرِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ
فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ فِى بَيْتِهِ ، وَرَكْعَتَيْنِ
قَبْلَ صَلاَةِ الصُّبْحِ.
Artinya:
"Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Telah aku
hapal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam 10 raka'at; 2 raka'at
sebelum Zhuhur, 2 raka'at setelahnya, 2 raka'at setelah Maghrib di rumahnya, 2
raka'at setelah Isya' di rumahnya dan 2 raka'at sebelum shalat shubuh".
Hadits riwayat Bukhari (no. 1172)
2. Shalat
rawatib yang tidak mu'akkadah dikerjakan bersamaan dengan shalat fardhu:
قَالَتْ أُمُّ حَبِيبَةَ زَوْجُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- رضي الله عنها: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرُمَ عَلَى النَّارِ »
Artinya:
"Ummu Habibah Istri Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang
selalu menjaga 4 raka'at sebelum Zhuhur dan 4 raka'at setelahnya maka
diharamkan atasnya neraka". Hadits riwayat Ahmad (6/326), Abu Daud (no.
1269) dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam shahih Sunan Ibnu majah (1/191)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا ».
Artinya:
"Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah merahmati seseorang yang
shalat 4 raka'at sebelum Ashar". Hadits riwayat Ahmad (2/117), Abu Daud
(no. 1271) dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam shahih Sunan Abu Daud (1/237).
Adapun untuk
shalat qabliyyah sebelum Maghrib dan Isya’, bisa dikerjakan dua rakaat, dengan
dalil:
عَنْ عَبْد اللَّهِ الْمُزَنِىِّ رضي الله عنه, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ ». ثُمَّ قَالَ « صَلُّوا قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ ». ثُمَّ قَالَ عِنْدَ الثَّالِثَةِ « لِمَنْ شَاءَ ». كَرَاهِيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً.
Artinya:
"Dari Abdullah Al Muzani radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Shalatlah 2 raka'at sebelum Maghrib",
kemudian bersabda lagi: "Shalatlah 2 raka'at sebelum Maghrib",
kemudian bersabda lagi: "Bagi siapa yang menghendaki". Hadits riwayat
Bukhari (no. 1183)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ الْمُزَنِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ - قَالَهَا ثَلاَثًا قَالَ فِى الثَّالِثَةِ - لِمَنْ شَاءَ ».
Artinya:
“Abdullah bin Mughaffal al Muzani radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Diantara dua adzan terdapat shalat –
beliau mengatakannya sebanyak tiga kali dan pada kali yang ketiga beliau
bersabda – bagi siapa yang menghendakinya”. HR. Bukhari dan Muslim.
Maksud dari
dua adzan disini adalah adzan dan iqamah, mari perhatikan penjelasan para
ulama:
Al Hafizh
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
قوله بين كل أذانين أي أذان وإقامة ولا يصح حمله على ظاهرة لأن الصلاة بين الأذانين مفروضة
Artinya:
“Sabda beliau: “Diantara dua adzan maksudnya yaitu adzan dan iqamah dan tidak
benar dibawa maknanya kepada zhahir lafazhnya karena shalat diantara dua adzan
adalah shalat fardhu”. Lihat kitab Fath Al Bary, karya Ibnu Hajar, 2/107.
An Nawawi
rahimahullah berkata:
المراد بالأذانين الأذان والإقامة وفي هذه الروايات استحباب ركعتين بين المغرب وصلاة المغرب
Artinya:
“Maksud dua adzan adalah adzan dan iqamah, dan di dalam riwayat-riwayat ini
terdapat anjuran untuk mengerjakan shalat dua rakaat antara maghrib dan shalat
maghrib”. Lihat kitab Al Minhaj, karya An Nawawi, 6/123.
Berkata Al
Mubarakfury rahimahullah di dalam kitab Tuhfat Al Ahwadzy:
قَوْلُهُ (بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ) أَيْ أَذَانٍ وَإِقَامَةٍ وَهَذَا مِنْ بَابِ التَّغْلِيبِ كَالْقَمَرَيْنِ لِلشَّمْسِ وَالْقَمَرِ
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ أُطْلِقَ عَلَى
الْإِقَامَةِ أَذَانٌ لِأَنَّهَا إِعْلَامٌ بِحُضُورِ فِعْلِ الصَّلَاةِ كَمَا
أَنَّ الْأَذَانَ إِعْلَامٌ بِدُخُولِ الْوَقْتِ
Sabda
beliau: “dua adzan”, maksudnya adalah adzan dan iqamah dan ini termasuk dari
sisi pemasukan dua kata kepada satunya, seperti dua bulan untuk penyebutan
matahari dan bulan.
Dan bisa
dimungkinkan penyebutan iqamah dengan sebutan adzan karena iqamah pemberitahuan
akan panggilan pelaksanaan shalat, sebagaimana adzan sebagai pemberitahuan akan
masuknya waktu shalat”. Lihat kitab Tuhfat Al Ahwadzi, 1/466.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه, قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا ».
Artinya:
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian
telah shalat Jum'at maka hendaklah ia shalat 4 raka'at setelahnya". Hadits
riwayat Muslim (no. 881)
عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنهما: أَنَّهُ كَانَ إِذَا صَلَّى الْجُمُعَةَ انْصَرَفَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصْنَعُ ذَلِكَ.
Artinya:
"Dari Nafi', beliau mendapatkan riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma: "Bahwasanya beliau senantiasa jika telah shalat Jum'at, beliau
pulang dan shalat 2 raka'at di rumahnya, kemudian beliau berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa berbuat
demikian". Hadits riwayat Muslim (no. 882).
Semoga
bermanfaat.
Ya Allah,
apabila ilmu dan pengetahuan ini benar, maka kebenaran itu datang dari_Mu.
Ya Allah,
apabila ilmu dan pengetahuan ini salah atau keliru, maka ini karena kebodohan
kami sendiri. kami mohon ampun kepada_Mu atas kebodohan kami ini.
Ya Allah,
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Berilmu lagi Maha Mengetahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!