Tidak
hanya mampu berdialog dengan binatang saja mukjizat yang dimiliki oleh
Rasulullah Saw, namun juga mampu berdialog dengan gunung, yang merupakan
ciptaan Allah yang tidak bernyawa.
Ketika
membutuhkan air, Beliau perintahkan gunung itu menuruti perintah Rasulullah
Saw.
Rasulullah
Saw adalah sosok yang selalu dekat dengan umatnya, terbukti dengan seringnya
Beliau melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu desa
ke desa lainnya agar lebih mengenal umatnya.
Dalam
perjalanan yang dilakukan kali ini, Rasulullah Saw mengajak salah satu
sahabatnya yang bernama Uqa’il bin Abi Thalib untuk menemani.
Di
perjalanan, ada seorang nenek yang tergeletak lemah di jalanan, wajahnya yang
tua renta semakin terlihat menyedihkan akibat pucat dan lemas kondisi tubuhnya.
“Apa
yang terjadi dengan engkau Wahai Ibu?”
tanya Rasulullah Saw.
Nenek
yang kondisinya lemah itu pun menjawab, “Ak…akkkuuuu laaa…paar..”
Mendengar
jawaban itu, Rasulullah Saw yang pada saat itu membawa bekal secukupnya,
langsung memberikan bekalnya, hingga habislah bekal Rasulullah Saw kala itu.
Meskipun
tanpa bekal sedikit pun, Rasulullah Saw dan Uqa’il tetap melanjutkan
perjalanan. Setelah perjalanan panjang ditempuh dengan melewati gurun yang
panas dan kering, kondisi Rasulullah Saw dan Uqa’il menjadi melemah karena
banyak sekali tenaga yang terkuras untuk melewati hamparan pasir dan panasnya
yang membuat dahaga semakin hebat.
Sesampainya
di daerah pegunungan, Rasulullah Saw merasa sangat haus dikarenakan jauhnya
perjalanan melewati gurun. Lalu Beliau menyuruh Uqa’il untuk mencari minuman
dan buah untuk megisi perut.
Uqa’il
pun menuruti perintah Nabi Muhammad Saw, ditelusurinya gunung untuk mencari
sumber air dan pepohonan untuk diambil buahnya, namun Uqa’il tidak mendapati
sumber air dan hanya buah-buahan saja yang ia dapat.
“Ya
Rasul, aku tidak mendapati air di gunung ini, padahal aku sudah
mengelilinginya, namun belum aku temukan juga,” ujar Uqa’il.
Mendengar
penuturan sahabatnya itu, Rasululullah Saw bersabda, “Hai Uqa’il, dakilah
gunung itu dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan ‘Jika padamu ada
air, berilah aku minum’,” tutur Rasulullah Saw.
Mendengar
jawaban Rasulullah Saw yang tidak masuk akal itu, membuat Uqa’il kebingungan
dan tidak mengerti. Namun Uqa’il tetap pergi melaksanakan perintah sembari
bertanya-tanya dalam hati,
“Apakah
Rasul bersungguh-sungguh dengan ucapannya, apa yang harus aku lakukan,
menyampaikan salamnya ataukah hanya diam dan balik ke Beliau lagi,” ujar Uqa’il dalam hati.
Walaupun
pikirannya penuh dengan keheranan, Uqa’il tetap mendaki gunung. Di tengah
pendakian, Uqail mendengar suara asing, dan berkata,
“Uqa’il,
pergilah mendaki gunung, patuhilah perintah Beliau,” perintah suara yang asing
itu yang tak lain adalah Malaikat Jibril A.s.
Uqa’il
akhirnya sampai pada puncak gunung lalu menyampaikan salam Rasulullah Saw
kepada gunung perihal air yang dibutuhkan dia dan Rasulullah.
Setelah
menyampaikan salam, Uqa’il pun kembali menuju tempat Rasulullah Saw.
Sesampainya
di dekat Rasulullah Saw, betapa kagetnya Uqa’il ketuka melihat Rasulullah Saw
berbicara dengan gunung.
“Wahai
tauladanku Muhammad, maafkan aku dikarenakan menghambat perjalanan engkau
dengan tidak menyediakan air ketika engkau datang.
Aku
takut engkau tidak memaafkanku, jika itu terjadi pasti aku merasakan panasnya
api neraka,”
ungkap gunung itu.
Mendengar
suara yang berasal dari gunung, membuat Uqa’il semakin bingung dan sekaligus
takjub kepada Rasulullah Saw, dikarenakan salah satu ciptaan Allah Swt yang
tidak bernyawa itu dapat berbicara dengan Beliau.
“Aku
akan memaafkan kamu, tapi bolehkah aku minta sedikit air untuk membasahi
tenggorokanku,” tutur
Rasulullah Saw.
“Dakilah
gunung ini hingga sampai puncaknya, setelah sampai, berjalanlah berbelok menuju
tempat yang dipenuhi dengan bebatuan besar yang melingkar, di tengahnya
terdapat sumber air dan buah-buahan untuk bekal engkau, Wahai Rasulullah,” jelas gunung itu kepada
Rasulullah Saw.
Uqa’il
berserta Rasulullah Saw akhirnya mendaki gunung itu kembali dan Beliau berjalan
sesuai dengan perintah gunung. Sesampainya di tempat yang dijelaskan gunung
tersebut, Uqa’il sangat terkejut karena ketika mengelilingi gunung itu tadi,
Uqa’il tidak mendapati tempat seindah itu yang terdapat sumber air sangat
jernih dan banyaknya pohon yang berbuah segar dan nikmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!