Abu
Nu’aim mengeluarkan dari Khalid bin Ma’dan, dia berkata, “Umar bin Al-Khaththab
r.a mengangkat Sa’id bin Amir bin Huzaim r.a sebagai Amir kami di Himsh.
Ketika
Umar bin Khattab r.a datang ke sana, dia bertanya, “Wahai penduduk Himsh, apa
pendapat kalian tentang Sa’id bin Amir, amir kalian?”
Maka
banyak orang yang mengadu kepada Umar bin Khattab r.a. Mereka berkata, “Kami
mengadukan empat perkara. Yang pertama karena dia selalu keluar rumah untuk
menemui kami setelah hari sudah siang.”
Mereka
menjawab, “Dia tidak mau menemui seseorang jika malam hari.”
“Itu
urusan yang cukup besar,” komentar Umar bin Khattab r.a. Lalu dia bertanya,
“Lalu apa lagi?”
Mereka
menjawab, “Sehari dalam satu bulan dia tidak keluar dari rumahnya untuk menemui
kami.”
“Itu
urusan yang cukup besar,” komentar Umar bin Khattab r.a. Lalu dia bertanya,
“Lain apa lagi?”
Mereka
menjawab, “Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia.”
Kemudian
Umar bin Al-Khaththab r.a mengkonfirmasi diantara Sa’id bin Amir r.a dan
orang-orang yang mengadukan beberapa masalah tersebut. Saat itu Umar bin
Khattab r.a berkata kepada dirinya sendiri, “Ya Allah, jangan sampai anggapanku
tentang dirinya keliru pada hari ini.”
Lalu
dia bertanya kepada orang-orang yang mengadu, “Sekarang sampaikan apa yang
kalian keluhkan tentang diri Sa’id bin Amir r.a!’
“Dia
selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang,” kata mereka. Sa’id
menanggapi, “Demi Allah, sebenarnya aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini.
Harap diketahui, keluargaku tidak mempunyai pembantu, sehingga aku sendiri yang
harus menggiling adonan roti. Aku duduk sebentar hingga adonan itu menjadi
lumat, lalu membuat roti, mengambil wudhu’, baru kemudian aku keluar rumah
untuk menemui mereka.”
Umar
bin Khattab r.a bertanya kepada mereka, “Apa keluhan kalian yang lain?”
Mereka
menjawab, ‘Dia tidak mau menemui seorang pun pada malam hari.”
“Lalu
apa alibimu?” tanya Umar bin Khattab r.a kepada Sa’id bin Amir r.a
“Sebenarnya
aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini. Aku menjadikan siang hari bagi
mereka, dan menjadikan malam hari bagi Allah.” jawab Sa’id
“Apa
keluhan kalian yang lain?” tanya Umar bin Khattab r.a kepada mereka.
Mereka
menjawab, “Sehari dalam satu bulan dia tidak mau keluar dari rumahnya untuk
menemui kami.”
“Apa
alibimu? tanya Umar bin Khattab r.a kepada Said r.a
“Aku
tidak mempunyai seorang pembantu yang mencuci pakaianku, di samping itu, aku
pun tidak mempunyai pakaian pengganti yang lain.” Maksudnya, hari itu dia
mencuci pakaian satu-satunya.
“Apa
keluhan kalian yang lain?” tanya Umar bin Khattab r.a kepada mereka.
Mereka
menjawab, “Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia.”
“Apa
alibimu?” tanya Umar bin Khattab r.a kepada Sa’id r.a. Sa’id r.a menjawab, “Dulu
aku menyaksikan terbunuhnya Hubaib Al-Anshary di Makkah. Aku lihat bagaimana
orang-orang Quraisy mengiris-iris kulit dan daging Hubaib r.a lalu mereka
membawa tubuhnya ke tiang gantungan. Orang-orang Quraisy itu bertanya kepada
Hubaib, “Sukakah engkau jika Muhammad menggantikan dirimu saat ini?”
Hubaib
menjawab, “Demi Allah, sekalipun aku berada di tengah keluarga dan anak-anakku,
aku tidak ingin Muhammad Saw terkena duri sekalipun”
Kemudian
dia berseru, “Hai Muhammad, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi pada hari
itu”
Sementara
saat itu aku yang masih musyrik dan belum beriman kepada Allah Yang Maha Agung,
tidak berusaha untuk menolongnya, sehingga aku beranggapan bahwa Allah Swt sama
sekali tidak akan mengampuni dosaku. Karena itulah barangkali keadaanku
akhir-akhir ini seperti orang yang akan meninggal dunia.”
Umar
bin Al-Khaththab ra berkata, “Segala puji bagi Allah, karena firasatku tentang
dirinya tidak meleset.”
Setelah
itu Umar bin Khattab ra memberinya seribu dinar, seraya berkata, “Pergunakanlah
uang ini untuk menunjang tugas-tugasmu.”
Isteri
Sa’id r.a berkata kegirangan setelah menerima uang itu, “Segala puji bagi Allah
yang telah memberikan kecukupan kepada kita atas tugas yang engkau emban ini.”
Sa’id
bertanya kepada isterinya, “Apakah engkau mau yang lebih baik lagi? Kita akan
memberikan uang ini kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada kita.”
“Boleh,”
jawab isterinya.
Lalu
Sa’id memanggil salah seorang anggota keluarganya yang dapat dipercaya, dan dia
memasukkan uang ke dalam beberapa bungkusan, seraya berkata, “Bawalah bungkusan
ini dan berikan kepada janda keluarga Fulan, orang miskin keluarga Fulan, orang
yang terkena musibah keluarga Fulan. Selebihnya disimpan,” Isterinya bertanya,
“Mengapa engkau tidak membeli seorang pembantu? Lalu untuk apa sisa uang itu?”
Sa’id r.a
menjawab, “Sewaktu-waktu tentu akan datang orang yang lebih membutuhkan uang
itu.” (Al-Hilyah, 1:245).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuliskan Komentar, Kritik dan Saran SAHABAT Disini .... !!!